AKU, SEMERU, DAN TUHAN
Kamis, Juli 06, 2017Opung, 70 tahun Hari ini, tiba-tiba teringat kenang-kenang yang ditinggalkan oleh kota malang. Kenang-kenang yang tidak akan lu...
Kamis, Juli 06, 2017
Opung, 70 tahun |
Hari ini, tiba-tiba teringat kenang-kenang yang ditinggalkan oleh kota malang. Kenang-kenang yang tidak akan luput dari ingatan dan hati ini, terus memberikan pertanyaan yang membayang dalam keseharian, sebuah pertanyaan sederhana "kapan kamu kembali ? aku rindu". Perjalanan tiga tahun lalu itu, merupakan perjalanan yang memberikan banyak pelajaran hingga saat ini. Bertemu pendaki senior dengan umur 70 tahun dan juga tour guide ternama se-kota malang merupakan salah satu apresiasi besar pada saat itu.
Orang tua berumur 70 tahun bernama opung itu seakan-akan terus mengikuti dan terus menasehati lewat guyonnya di setiap pendakian setelah pulang dari semeru. Nasihat dari seorang lelaki berkepala tiga yang juga baru memiliki satu balita itu terus mengikuti hingga disetiap pendakian setelah pendakian semeru pada saat itu, mas galih namanya. Lewat sudah 3 tahun lebih, setelah pertemuan malam itu, kami tidak pernah bertemu lagi, sering ada beberapa waktu ingin kembali, namun naas, Tuhan tidak mengizinkan seluruh anggota tubuh ini untuk tiba di kota malang, kota romantis yang diciptakan Tuhan ketika Ia sedang jatuh cinta.
Terbebas dari kebinalan masa SMA saya pikir kebebasan dan kebinalan yang baru akan mengguncang kehidupan ini, tapi ternyata Tuhan yang maha asyik, memberikan taman bermain yang lain. Selepas turun dari semeru, terpikir bahwa setelah SMA nanti " aku akan kembali, mengambil setungku cinta dari ranukumbolo, dan membawa pelukan Tuhan dari mahameru, namun taman bermain yang Tuhan berikan mengharuskan saya untuk melupakan kata-kata itu. Tuhan memang dalang yang sangat luar biasa, dan kita juga merupakan lakon yang luar biasa, karena segala yang Tuhan ciptakan pasti tidak akan biasa saja. Taman bermain itu membawa diri ini lebih kuat, lebih kokoh, dan lebih tegap dibanding dengan hasil yang dibawa selepas turun dari semeru. Tuhan memang tidak membuat skenario untuk saya kembali ke semeru, tapi Tuhan membuat skenario untuk saya bertemu teman hidup dengan cinta yang abadi.
Ranukumbolo, Juni 2014 |
Romantika kehidupan yang ada pada saat ini, adalah bayang-bayang ketika otot dan nafas tanpa berhenti membantu saya menaiki tanjakan di dekat ranukumbolo, orang menyebutnya tanjakan cinta, tanjakan yang berdiri 70 derajat dengan segala mitos percintaan. Terimakasih Tuhan engkau telah menghadirkan skenario nyata dalam bayang-bayang itu. Semeru memang merupakan wadah untuk meluapkan emosi percintaan kita baik kepada sesama manusia yaitu kekasih, sahabat, kelurga maupun dengan Tuhan. Semeru memang bukan hanya menjanjikan keindahan, semeru indah karena dirinya sendiri, namun itu yang semeru ajarkan kepada kita yang pernah mendakinya, jadilah diri sendiri untuk menjadi indah, orang akan datang kepadamu. Tuhan memang menciptakan semeru bukan hanya untuk didaki, dijadikan tempat konservasi, atau tempat wisata. Tuhan menciptakan semeru untuk berbagai fungsi, sebagai tempat belajar, tempat ibadah, atau tempat apapun yang akan menghasilkan kebaikan, sebab Tuhan menciptakan Semeru dengan cinta bukan dengan obsesi.