JAKARTANCUK
Senin, Februari 24, 2014
Hari ini gua mau cerita, ceritanya bagus, enak buat di bacalah pokoknya, gampang di cernanya juga, gak kaya tulisan gua yang lainnya yang bahasanya terlalu tinggi. Ini cerita bukan sembarang cerita bukan lagi tentang kekonyolan diri gua, bukan lagi cerita tak bermakna dalam hidup gua, ini cerita tentang Jakarta yang jiancuk !
11 februari 2014 gua akan ingat tanggal itu, dimana teman-teman gua tertahan di aula sekolah karena telat, mereka yang berusaha bangun dan berangkat pagi-pagi terpaksa menerima hasil fitnahan para guru yang menganggap mereka semua tertahan di aula karena sengaja menelatkan diri untuk datang ke sekolah. siapa yang peduli lagi alasan macet ? toh guru pikir pagi-pagi gitu gak akan ada yang namanya macet. seperti yang gua bilang kemaren mereka dewanya dan siswa kerbaunya. kerbau harus nurut apa kata dewa, dewa yang paling tau dan kerbau tak tau apa-apa. tunggu padahal ini bukan tentang para dewa lagi, oke balik ke topik.
Siapa yang gak bete ketika kita udah mau berangkat sekolah pagi-pagi ternyata jalan raya akses menuju sekolah kita macet total ? sehingga memakan waktu setengah jam, padahal kalau gak macet bisa kita akses 5 menit saja. ini adalah jancuk nya jakarta sebagai ibu kota, semua numplek disini, gak yang jawa,batak,ambon,bugis,sunda semuanya adalah pokoknya. tujuaanya padalah sederhana "duit" ada tiga hal yang membuat manusia itu lupa akan dirinya dan lingkungannya yaitu harta,wanita,orang tua. satunya-satunya cara supaya dapat harta dan wanita yang banyak adalah di jakarta. semakin banyak dia dapat dia semakin lupa dengan lingkungannya, beli rumah, bangun tanah terus dibikin kontrakan, beli mobil pribadi, beli mobil buat istri,belom lagi motor. kalau dalam hari yang sama ketiga kendaraan itu keluar dan rata-rata penduduk di jakarta mempunyai budaya seperti itu maka yang kita dapat adalah kejadian seperti tadi pagi sampai malam ini.
Itu baru macet yang kita bahas, ada lagi yang bikin pusing, mungkin banyak orang berfikir bahwa buang sampah seenaknya adalah tindakan yang tidak akan merugikan dirinya karena dia tak perlu susah payah mencari tempat sampah. Ada got tinggal lempar aja, ada Trotoar bersih main di lempar aja sampahnya. pada akhirnya sampah masuk kedalam saluran air dan menghambatnya, dan ketika hujan lebat, muncul lah banjir dan yang di salahkan adalah Pemerintah. Siapa yang gak bete ketika kita udah susah payah menyelesaikan suatu masalah, tapi objek yang masalahnya kita coba selesaikan malah mengulangi kesalahannya sehingga muncul masalah yang sama. Gua bingung apa yang ada di pikiran orang-orang yang berbudaya membuang sampah sembarang, sebenernya apasih yang mereka pikirin. ini baru sampah yang menimbulkan banjir, belom lagi jakarta kurang daerah resapan, kenapa gak ada yang mencoba buat ngalah supaya bantaran kali dibuat daerah resapan, kenapa rumah-rumah yang di tanam berserakan gak mencoba mengalah untuk pembangunan daerah resapan air atau hutan kota. Kalau di tanya pasti jauh dengan tempat kerja berarti sama dengan juga jauh dari duit. lagi-lagi keegoisan duit yang mengalahkan peran penting alam ini.
Kenapa harus selalu mengeluh kalau itu semua juga perbuatan kita, kenapa gak coba memperbaiki, kenapa orang-orang di jakarta tutup mulut aja, kalau budayanya masih seperti ini. kan jiancuk !
emang gua orang jakarta dan jujur masih khilaf untuk buang sampah sembarangan dan membawa kendaraan roda dua setiap harinya. tapi sumpah kalau untuk "hijau" itu harga mati bagi gua.
Alam sama seperti kita, kita memerlukan waktu untuk memperbaiki hati kita yang telah rusak, begitu juga dengan alam mereka membutuhkan waktu untuk memperbarui ekosistemnya yang telah rusak. semakin alam di rusak semakin banyak mereka memperbarui, semakin banyak mereka memperbarui semakin sedikit energi mereka, semakin sedikit energi mereka semakin sedikit juga sumber kehidupan kita, semakin sedikit sumber kehidupan kita maka habislah kehidupan ini.
Kita sebagai Generasi Muda harusnya bersaksi atas diri kita sendiri bahwa kota ini akan menjadi milik kita selamanya, akan turun ke anak cucu kita, kalau kita gak bisa menjaganya dan merawatnya, siapa lagi ?
Titip salam untuk Jakarta
@Hitamidiot
0 komentar