KERBAU DAN DEWANYA

          Hal ini yang masih jadi teka teki dalam kehidupan ini, kita gak tau peran kita itu sebenarnya apa, setiap saat, setiap waktu adeg...

     
    Hal ini yang masih jadi teka teki dalam kehidupan ini, kita gak tau peran kita itu sebenarnya apa, setiap saat, setiap waktu adegan demi adegan terus kita lalui kita tak tau tujuan peran kita itu apa, tak ada yang mengerti mengapa segerombolan anak masuk ke kelas lalu menjadi kerbau, sedangkan mereka berhadapan dengan para Dewa yang bertindak seenaknya kepada mereka.


  Ini yang pengen gua bahas bahwa kita generasi muda tak lagi bisa merasakan apa itu pendidikan berdasarkan hati nurani. Hampir punah wujud Guru yang mengajarkan kita menjadi manusia, Hampir hilang Pribadi Guru yang mengajarkan kita keadilan, dan Hampir Tak terlihat Rupa Guru yang mengajarkan kita Kebahagiaan. Yang kita temukan hanyalah guru-guru yang berpegang teguh terhadap pendirian kotornya, bahwa kita kerbau dan mereka dewanya. Mereka bertindak semena-mena mengatur kita ini itu padalah dia menghiraukan aturan itu, Mengajari kita ini itu tapi dia munafik terhadap apa yang dia ajarkan kepada kita. Mereka selalu memberi alasan bahwa mereka tua dan kita masih muda, jadi kita gak tau apa-apa, memang kita tak tahu bahwa dia dewa dan kita kerbau, yang kita tahu hanya Guru dan Murid yaitu sama "Manusia" 

  Mungkin tulisan gua kali ini emang gak ada lucunya, ini cuman luapan emosi atas apa yang guru lakukan terhadap murid-muridnya. menyuruh kita merapikan baju tapi baju mereka tidak rapih, melarang kita untuk keluarg gerbang sekolah, tapi mereka keluar gerbang hanya sekedar menghisap sebatang rokok dan menyuruput segelas kopi. tak produktif. ini adalah wujud kemuakan terhadap ketidak adilan dan kesewanang-wenangan karena gua sadar setiap kali berbicara kepada "orang tua" seringkali ada anggapan bahwa mereka sedang berbicara bukan dengan manusia.

  Mungkin emang bener tak ada lagi pernyataan dimana Guru mencintai muridnya karena sekarang tak ada lagi keadilan bagi para murid, murid hanya bisa menonton kesedihan mereka, murid hanya bisa sabar dan menunggu, meskipun ujung-ujungan kembali lagi berhadapan dengan rombongan dewa yang berdiri mengangkang. kita sebagai murid hanya tau nilai jelek dan nilai bagus, bahwa kalau dapet nilai jelek tidak akan dapat universitas yang bagus dan kalau kita dapet nilai bagus kita akan dapet universitas yang bagus juga. Itu yang sedang mereka ajarkan kepada kita supaya rating sekolah tempat mereka mengajar jadi naik. Semata mata hanya ketololan yang kita dapat dari sekolah. setiap hari berangkat pagi pulang sore, ngerjain pr dari malem sampe dinihari, lalu harus berangkat pagi lagi, cuman demi universitas dan cita-cita yang menjanjikan dapat uang yang banyak. hingga suatu saat manusia saling egois, tak ada lagi keadilan dan demokrasi, tak ada lagi kata Tuhan itu esa, tak ada lagi kata Tuhan itu maha segalanya, yang ada hanya Uang itu esa dan maha segalanya. Ini yang harus di khawatirkan ketika tak ada lagi sosok Guru yang mengajarkan kita menjadi manusia seutuhnya.

  Guru yang mengajarkan bahwa bumi adalah rumah yang isi nya adalah keluarga maka harus ada rasa saling mencintai untuk menumbuhkan suatu keharmonisan. ini yang harus kita cari

@hitamidiot

You Might Also Like

0 komentar

Flickr Images